Bintang masih memejamkan matanya, menenangkan dirinya yang tadi terbawa emosi karna melihat Langit yang berpakaian seperti itu.

Kaus kebesaran dan celana pendek yang tertutup oleh panjang kaus yang dikenakannya. Jujur Bintang sudah sering melihat yang seperti itu, bahkan Yena kekasihnya pun sering sekali mengenakan pakaian sejenis, pakaian kurang bahan, Bintang biasa menyebutnya seperti itu.

Anehnya tubuhnya seakan bereaksi diluar kendali dirinya, seakan dirinya harus marah saat itu juga. Entah karena apa, padahal Langit hanya menggunakannya didalam rumah, tidak akan ada yang melihat. Paling hanya keluarganya. Pak Kaizen, Jordi, Gyu…

“Sialan.” Bintang mendesis kesal. Bintang tidak akan membiarkan Langit mengenakan pakaian seperti itu lagi untuk kedepannya.

Satu pesan masuk kedalam ponselnya, satu lagi kembali masuk, terus seperti itu. Bintang membiarkannya terlebih dahulu sampai ponselnya tidak lagi menambah notifikasinya. Ternyata dari Langit. Dibukanya pesan itu, kemudian dibacanya dengan seksama. Satu senyuman terbit dari wajah kaku Bintang.

Lucu sekali.” Bintang terus bertukar pesan sampai dimana dirinya menyampaikan pesan dari Gistal untuk mengajak Langit segera sarapan bersama.

Bintang melihat menu makanan yang sudah berjajar rapih diatas meja makan. Ada banyak menu yang tersaji disana. Bintang kembali mengangkat gelas kopinya yang sudah dingin. Bajunya masih basah karna terkena tumpahan kopi tadi.

Baru saja cangkir itu kembali bersentuhan dengan piring kecil yang menjadi tatakan si gelas, ada lengan kecil yang terulur kearahnya, terdapat satu kaus hitam bersih disana. Ternyata Langit yang memberikannya. “Ganti dulu mas, biar nggak masuk angin. Nanti lukanya Biu oleskan salep sesudah sarapan.” Senyuman manis Langit berikan pada suaminya itu. “Terimakasih.” Bintang menerimanya, kemudian berjalan menuju kamar mandi didekat dapur.

Lagian kamu, kebiasaan berpakaian mu itu memang buruk dek. Awalnya Buna memaklumi saja karena kamu dulu masih kecil, masih lucu banget kalo pake pakaian gitu, tapi sekarang kamu sudah menikah. Kamu harus menjaga kesucian tubuhmu hanya untuk suami mu. Jangan diulangi ya sayang.” Gistal menggusak surai anaknya dengan lembut kemudian kembali lagi ke dapur untuk mengambil satu teko air putih hangat dan beberapa gelas bersih.

Kaizen datang menghampiri putra bungsunya yang memang masih berdiri didepan kursi yang tadi sempat diduduki Bintang. “Loh adek kenapa belum duduk, sini duduk pegel nanti kakinya.” Kaizen menarikan satu kursi yang berada disebelah kursi milik Gistal. Jadi posisinya duduk berada ditengah antara Gistal dan Bintang.

Abang sama Kak Jo gak ikutan sarapan Yah?” Langit heran sebab kedua kakaknya itu belum terlihat batang hidungnya.